Oktober 19, 2013

IDHUL ADHA MASJID AT-TAQWA




            Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang meniti jalan mereka hingga akhir zaman. Sebuah ayat yang menjadi pertanda disyari’atkannya ibadah qurban adalah firman Allah Ta’ala,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).”
(Qs. Al Kautsar: 2). Di antara tafsiran ayat ini adalah “berqurbanlah pada hari raya Idul Adha (yaumun nahr)”. Tafsiran ini diriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Tholhah dari Ibnu ‘Abbas, juga menjadi pendapat ‘Atho’, Mujahid dan jumhur (mayoritas) ulama.
Penyembelihan qurban ketika hari raya Idul Adha disebut dengan al udh-hiyah, sesuai dengan waktu pelaksanaan ibadah tersebut. Sehingga makna al udh-hiyyah menurut istilah syar’i adalah hewan yang disembelih dalam rangka mendekatkan diri pada Allah Ta’ala, dilaksanakan pada hari an nahr (Idul Adha) dengan syarat-syarat tertentu.
v  Syarat Hewan Qurban
1. Jenis hewan qurban.
Hewan qurban harus berasal dari jenis binatang ternak. Contoh hewan ternak yang dimaksud adalah: Sapi, biri-biri, kambing, dan unta. Berdasarkan pada pendapat ulama-ulama madzhab, khususnya lima madzhab besar. Mereka sepakat jenis hewan ternak itulah yang diperbolehkan untuk menjadi hewan qurban.

2. Keadaan hewan qurban.
Hewan qurban hendaknya tidak memiliki cacat dalam fisik tubuhnya. Dari hadits riwayat Ahmad bin Hanbal, Rasulullah saw. Bersabda: “Empat macam hewan yang tidak akan sah dijadikan sebagai binatang untuk berqurban: rusak matanya, dalam keadaan sakit, berfisik pincang, memiliki tubuh kurus dan lemah.”

3. Usia hewan qurban.
Umur hewan yang sah untuk disembelih adalah: Domba yang telah mencapai umur satu tahun lebih atau gigi domba telah berganti. Kambing yang telah berumur dua tahun lebih. Unta yang mencapai umur lima tahun lebih. Sapi atau kerbau yang telah berumur dua tahun lebih.
Berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim, satu ekor unta bisa berlaku untuk tujuh orang. Demikian pula untuk satu ekor sapi atau kerbau, berlaku sama untuk tujuh orang.

4. Waktu penyembelihan qurban.
Mengenai jumlah hari tasyrik, para ulama berbeda pendapat. Madzhab Hanbali, Madzhab Hanafi, dan Madzhab Maliki berpendapat bahwa waktu qurban adalah hari Idul Adha dan dua hari setelahnya. Maka batas penyembelihan hewan qurban jatuh pada tanggal 12 Dzulhijjah.

Berbeda dengan Madzhab Syafi’i. Imam Syafi’I mengatakan bahwa waktu penyembelihan adalah empat hari, yaitu hari Idul Adha dan tiga hari setelahnya. Maka proses berqurban ini dilanjutkan pada hari-hari tasyrik. Hari tasyrik ini bertepatan dengan tanggal 11, 12, 13 Zulhijjah.

5. Nabi Muhammad memberikan sunnah yang lebih baik dilakukan dalam melaksanakan ibadah qurban Idul Adha. Di antaranya, keadaan tubuh hewan qurban lebih baik gemuk dan sehat, berdasarkan pada H.R. Bukhari dan Muslim.

6. Lebih baik mengikat binatang qurban beberapa hari menjelang datangnya Hari Raya Idul Adha. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari syiar-syiar dakwah Islam. Pendapat ini merujuk juga pada, “…. Dan barang siapa yang mengagung-agungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu muncul dari ketakwaan.” (Q.S. 22:23).

7. Lebih baik hewan qurban tidak dipotong kuku dan bulu tubuhnya semenjak awal bulan Dzulhijjah. Sunnah ini berdasarkan H.R. Jamaah, kecuali Imam Bukhari.

8. Islam mensyaratkan agar hewan qurban harus dihadapkan ke arah kiblat. Demikianlah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, berdasarkan pada keterangan hadits dari Ibnu Majah.

Demikianlah syarat sah keadaan hewan qurban Idul Adha yang dicontohkan Nabi Muhammad saw. Lebih baik jika kita mengikuti petunjuk Nabi agar ibadah qurban kita diterima oleh Allah SWT. Ingat, jangan lupa untuk membeli hewan qurban dengan cara yang halal, mengucap basmalah dan takbir, serta gunakan pisau yang sangat tajam.
Tata Cara Penyembelihan
a. Menajamkan Pisau Dan Memperlakukan Binatang Kurban Dengan Baik
Rasulullah bersabda (artinya): “Sesungguhnya Allah mewajibkan perbuatan baik terhadap segala sesuatu. Apabila kalian membunuh maka bunuhlah dengan cara yang baik. Dan jika kalian menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik pula. Hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan (tidak menyiksa) sesembelihannya.” (H.R. Muslim)
b. Menjauhkan Pisaunya Dari Pandangan Binatang Kurban
Cara ini seperti yang diceritakan Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah pernah melewati seseorang yang meletakkan kakinya didekat leher seekor kambing, sedangkan dia menajamkan pisaunya. Binatang itu pun melirik kepadanya. Lalu beliau bersabda (artinya): “Mengapa engkau tidak menajamkannya sebelum ini (sebelum dibaringkan, pen)?! Apakah engkau ingin mematikannya sebanyak dua kali?!.” (H.R. Ath Thabrani dengan sanad shahih)
c. Menghadapkan Binatang Kurban Kearah Kiblat
Sebagaimana hal ini pernah dilakukan Ibnu Umar Radhiallahu’anhu dengan sanad yang shahih.
d. Tata Cara Menyembelih Unta, Sapi, Kambing Atau Domba
Apabila sesembelihannya berupa unta, maka hendaknya kaki kiri depannya diikat sehingga dia berdiri dengan tiga kaki. Namun bila tidak mampu maka boleh dibaringkan dan diikat. Setelah itu antara pangkal leher dengan dada ditusuk dengan tombak, pisau, pedang atau apa saja yang dapat mengalirkan darahnya.
Sedangkan bila sesembelihannya berupa sapi, kambing atau domba maka dibaringkan pada sisi kirinya, kemudian penyembelih meletakkan kakinya pada bagian kanan leher binatang tersebut. Seiring dengan itu dia memegang kepalanya dan membiarkan keempat kakinya bergerak lalu menyembelihnya pada bagian atas dari leher. (Asy Syarhul Mumti’ 7/478-480 dengan beberapa tambahan)
e. Berdoa Sebelum Menyembelih
Lafadz doa tersebut adalah:
- بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ
Dengan nama Allah dan Allah itu Maha Besar.” (H.R. Muslim)
- بِسْمِ اللهِ وَاللهُ أَكْبَرُ اَللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ
Dengan nama Allah dan Allah itu Maha Besar, Ya Allah ini adalah dari-Mu dan untuk-Mu.” (H.R. Abu Dawud dengan sanad shahih)
Hikmah di Balik Menyembelih Qurban
1.      Bersyukur kepada Allah atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan.
2. Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –khalilullah (kekasih Allah)- ‘alaihis salaam yang ketika itu Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail ‘alaihis salaam ketika hari an nahr (Idul Adha).
3.      Agar setiap mukmin mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Isma’il ‘alaihimas salaam, yang ini membuahkan ketaatan pada Allah dan kecintaan pada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak. Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Isma’il pun berubah menjadi seekor domba. Jika setiap mukmin mengingat kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan pada Allah dan seharusnya mereka mendahulukan kecintaan Allah dari hawa nafsu dan syahwatnya.
4.       Ibadah qurban lebih baik daripada bersedekah dengan uang yang semisal dengan hewan qurban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar